Clinical Decision Support System
(CDSS)
A. Decision
Support System
Dalam kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari permasalahan pengambilan keputusan. Masalah pengambilan keputusan
sering dihadapi diberbagai bidang, tidak terkecuali dibidang kesehatan. Pengambilan
keputusan merupakan suatu proses untuk memilih beberapa alternatif jalannya
aksi yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses pengambilan
keputusan tidak terlepas dari dukungan beberapa faktor, seperti faktor manusia,
sumber daya, dan prosedur pengambilan keputusan. Faktor-faktor tersebut
merupakan komponen-komponen dalam suatu sistem. Kondisi ini memunculkan adanya
sistem pendukung keputusan(decision support system).
Raymond McLeod, Jr. (1998)
mendefinisikan secara umum sistem dukungan keputusan sebagai “sebuah sistem
yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan komunikasi untuk
permasalahan yang bersifat semi-terstruktur”. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kunci permasalahan dapat dikatakan bersifat terstruktur
apabila memproses informasi-informasi tertentu dengan cara tertentu pula
sehingga akan diperoleh jawaban yang benar.
Sebaliknya, suatu permasalahan
dikatakan bersifat tidak terstruktur apabila memproses berbagai informasi
sehingga terkadang diperoleh jawaban yang benar, namun demikian tidak ada cara
yang tepat untuk selalu memperoleh jawaban yang benar.
Secara umum, sistem pendukung
keputusan (DSS) dapat dibagi menjadi beberapa kategori, diantaranya:
1. Model-driven DSS. Sistem ini menggunakan data dan
parameter yang diberikan untuk menugaskan pengambilan keputusan dalam
menganalisis situasi. Sistem ini tidak membutuhkan data secara intensif.
2. Communication-driven DSS. Sistem ini mengakomodasi
dukungan dari berbagai dukungan dari berbagai tugas.
3.
Data-driven DSS. Sistem ini mengakses dan memanipulasi
data runtun waktu
4.
Document-driven DSS. Sistem ini melakukan pengaturan,
temu kembali, memanipulasi informasi yang tidak terstruktur dalam berbagai
format elektronik.
5.
Knowledge-driven DSS. Sistem ini menyelesaikan masalah
tertentu yang disimpan sebagai fakta, aturan, prosedur, atau struktur lain yang
sejenis.
Suatu sistem pendukung keputusan
tersiri dari beberapa komponen, yaitu: manajemen data, manajemen model,
model-model eksternal, subsistem berbasis pengetahuan, dan antarmuka
pengguna(Turban et al,2005. subsistem manajemen data terdiri atas basis data
yang berisi data-data yang terkait dengan permasalahan yang akan diselesaikan
subsistem. Manajemen model, merupakan paket perangkat lunak yang berisi statistik,
ilmu manajemen atau model kuantitatif lainnya yang mampu memberikan kapabilitas
analitik bagi sistem. Subsistem anatar muka, yang digunakan oleh pengguna untuk
berkomunikasi dengan sistem. Untuk sistem berbasis web, web browser digunakan
untuk keperluan tersebut. Subsistem manajemen berbasisi pengetahuan, yang
lainnya. Beberapa metode dalam kecerdasan buatan dapat digunakan untuk
keperluan tersebut.
B. Definisi Clinical
Decision Support System (DCSS)
Pada awalnya, sistem pendukung
keputusan (decision support system, DSS) merupakan sistem yang dibangun untuk
keperluan mendukung pengambilan keputusan manajerial pada situasi semi
terstruktur. Sistem ini tidak akan digunakan untuk menggantikan peran seorang
pengambil keputusan dalam memberi keputusannya, namun hanya sebatas memberikan
rekomendasi keputusan. Namun, seiring dengan perkembangan dibidang teknologi
informasi dan kesehatan, sistem pendukung keputusan telah mulai diaplikasi
dibidang kesehatan. Salah satu aplikasi yang paling banyak menggunakan konsep sistem
pendukung keputusan adalah Clinical Decision Support System (CDSS) atau sistem
pendukung keputusan klinis.
Beberapa difinisi terkait dengan
CDSS telah diberikan oleh beberapa penulis shortiiffe mendefinisikan Medical
Decision Support System sebagai, “program komputer yang dirancang untuk
membantu para profesional dibidang kesehatan dalam membuat keputusan-keputusan
klinis”. Kelemahan definisi yang diberikan oleh shortiiffe tersebut adalah
cakupannya terlalu luas, yaitu meliputi penyimpanan, pencarian, atau penyajian
data (pengetahuan) medis. Definisi yang lebih spesifik tentang CDSS diberikan
oleh Wyatt dan Spiedelhalter (Bemmel etal, 1997:262):” Sistem pengetahuan aktif
yang menggunakan dua atau lebih item data pasien untuk memberikan saran pada
kasus tertentu”. Definisi tersebut meliputi komponen-komponen utama CDSS,
yaitu: pengetahuan medis, data pasien, dan saran untuk kasus tertentu.
Beberapa tulisan memberikan definisi
tentang Clinical Decision Support System (CDSS). Dalam Bemmel et all (1997:262),
CDSS adalah perangkat lunak yang dapat menerima input mengenai situasi klinis
dan dapat menghasilkan output inferensi yang dapat membantu para praktisi dalam
mengambil keputusan. Trowbidge dan Weingarten (2005) mengatakan bahwa CDSS
membentu para dokter dalam mengaplikasikan informasi baru untuk merawat pasien
menlalui analisis terhadapa variabel-variabel klinis tertentu. Hieb et al, (2002)
mengatakan bahwa CDSS adalah sistem yang didesain secara otomatis untuk
membantu meningkatkan kualitas dan menghemat biaya dalam aktifitas medis. CDSS
dirancang untuk meyakinkan para pasien akan perawatan terbaik melalui jaminan
bahwa pasien akan mendapatkan informasi yang benar pada saat yang tepat dengan
keputusan yang tepat pula. Hunt (1998), mengatakan bahwa CDSS adalah perangkat
lunak yang dirancang untuk membantu memberikan keputusan klinis bagi pasien
dengan cara mencocokan karakteristik yang ada pada pasien dengan basis
pengetahuan yang ada dalam komputer, kemudian dokter akan memberikan penilaian
atau rekomendasi klinis.
Sedangkan, Mendonca(2004),
mengatakan bahwa CDSS adalah program komputer yang dirancang untuk menyediakan
dukungan para ahli dalam membuat keputusan klinis. Tujuan sistem ini adalah
membantu para profesional dibidang kesehatan dalam menganalisis data pasien dan
membuat keputusan berdasarkan diagnosis, melakukan pencegahan, dan tratment
terhadap permasalahan kesehatan. CDSS dikembangkan diberbagai bidang sistem
kedokteran, kedokteran gigi, dan farmasi. CDSS adalah perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk mengukur probabilitas munculnya penyakit apabila
diberikan gejala, observasi, atau tes tertentu. CDSS dapat digunakan untuk
mendiaknosa berbagai kasus yang sangat rumit, membantu proses belajar mengajar
bagi guru dan siswa kedokteran, menjadikan user dapat berperan baik sebagai
dokter maupun pasien, dan membantu para personil kedokteran(dokter, perawat,
rumah sakit, dan pasien).
C. Beberapa
Aplikasi Clinical Decision Support System (CDSS)
CDSS telah banyak iaplikasikan untuk
berbaagai keperluan dalam pengambilan keputusan klinis. Perangkat lunak yang
telah di bangun untuk keperluan CDSS adalah MYCIN. MYCIN merupakan sistem
pendukung keputusan yang bersifat kualitatif dengan menggunakan konsep sistem
pakar. MYCIN berisi sejumlah peraturan, yang diturunkan oleh kolaborasi para
ahli. Salah satu kelebihan MYCIN adalah dengan kemampuan untuk mengakomodasi
adanya ketidakpastian. MYCIN menggunakan certainty factors (CF) untuk mengatasi
masalah ketidakpastian.
Beberapa aplikasi CDSS lainya yang juga mulai
dikembangkan antara lain :
1.
ISABEL, merupakan suatu bentuk CDSS yang terintegrasi
dengan internet yang menyediakan beberapa fitur untuk diagnosis.
2.
NEOSIS, merupakan sebuah platform untuk integrasi dan
representasi visual dalam kecerdasan medis.
3.
LISA, berupa sistem pendukung keputusan dan informasi
klinis untuk perawatan menyeluruh bagi anak-anak yang mengidap penyakit acute
lympheblastic leukemia(Bury, 2008 )
4.
EPIC, merupakan CDSS yang berperan sebagai mitra
cerdas bagi staf klinisi dan memberikan panduan yang terstruktur.
D. Karakteristik
Clinical Decision Support System (CDSS)
1 .
Basis Pengetahuan dan Akuisisi Pengetahuan Medis
Basis pengetahuan medis adalah kumpulan pengetahuan medis yang
terorganisasi secara sistematis yang dapat diakses secara elektronis yang dapat
diinterpretasikan oleh komputer. Basis pengetahuan medis biasanya mengandung
suatu lexicon (pembendaharaan istilah yang diperbolehkan), dan hubungan khusus
antar istilah dalam lexicon. Pengetahuan medis dapat diperoleh dari
literatur-literatur medis (pengetahuan terdokumentasi), atau berasal dari para
pakar pada domain tertentu(pengalaman klinis) (Bemmel et al., 1997:277).
Dalam perkembangan perangkat lunak (software) diperlukan adanya
keseimbangan antara teori dan praktek. Pengembangan secara praktis juga
dibutuhkan untuk membangun sistem yang handal, seperti kinerja basis data dan
basis pengetahuan. Koleksi pengetahuan dalam basis pengetahuan menyerupai
beragam aktifitas perawatan kesehatan yang terkait dengan terjadinya
pengetahuan tersebut. Beberapa aktifitas tersebut antara lain membangun
petunjuk praktis, analisis data, mengumpulkan sumber-sumber pengetahuan dan
membangun alat bantu akuisisi pengetahuan. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengembangkan petunjuk praktis tersebut antara lain:
a.
mengkombinasikan antara kajian literatur baik formal
maupun informal
b.
diskusi panel para ahli atau konsensus dari pertemuan
c.
konsultasi dengan ahli ditingkat lokal
d.
publikasi pada jurnal medis untuk merangsang adanya
diskusi.
Proses
akuisisi pengetahuan dibidang medis secara umum dapat dikategorikan menurut
sumber pengetahuan medis, yaitu:
a.
pengetahuan diperoleh dari para ahli, yang diperoleh
baik secara konvensional melalui perantaraan sistem analisis-ahli, maupun
diperoleh dari para ahli secara langsung pada basis pengetahuan melalui program
editor
b.
pengetahuan diperoleh dari literatur-literatur yang
telah dipublikasikan
Alat bantu
untuk akuisisi pengetahuan sering dikenal dengan knowledge-based editors
(KBEs). KBEs sangat membantu para dokter dalam menempatkan dan memproses
berbagai pengetahuan yang relevan.
2 .
Inference
Engine
Inference engine merupakan
komponen yang bertugas untuk melakukan penelaran berdasarkan fakta-fakta
yang diberikan dan pengetahuan yang tersedia pada basis pengetahuan. Pada dasarnya ada dua penelaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang dimulai dari premis
umum untuk mendapat kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan penalaran
induktif adalah proses penalaran yang dimulai dari premis khusus untuk mendapat
kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif bersifat konsisten dan
memiliki pengetahuan yang lengkap. Sedangkan penalaran induktif bersifat non
monoton. Ciri-ciri ketidakpastian, adanya perubahan pada pengetahuan an
penembahan fakta baru dapat mengubah konklusi yang sudah terbentuk. Sedangkan
pada penalaran induktif dilengkapi dengan kamampuan mengatasi ketidakpastian.
3 .
Memori Kerja
Memori kerja berguna untuk menyimpan
data-data, fakta-fakta atau informasi yang ada pasien. Data-data tersebut
mencakup data demografi, gejala yang dialami, tanda yang diperlihatkan,
pengobatan yang dialami, dll.
4 .
Modul
penjelasan
Modul penjelasan digunakan sebagai media untuk memberikan penjelasan dan
alur interensi dalam memutuskan lahirnya suatu solusi.
E. Kategori Clinical Decision Support System (CDSS)
CDSS dapat
dikategorikan dengan cara yang berbeda seperti representasi pengetahuan, tips
keputusan dan domain medis. Jika dilihat dari sudut pandang dokter, system
dapat dibagi berdasarkan diminta atau tidaknya saran yaitu dimintai saran
(solicited advice ), tidak dimintai saran (unsolicited advice ), dan system
anatomi (autonomous system ).
Pada solicited advice
dokter secara eksplisit berkonsultasi dengan DSS. Solicited advice memiliki
cirri sebagai berikut :
a.
Kebanyakan
bersifat stand alone.
b.
Pengguna
berdialog langsung dengan system .
c.
System akan
memberikan pertanyaan kepengguna sebagai data input.
d.
Melalui DSS,
system akan memberikan control kepada dokter untuk menalar.
Pada
ansolisited advis system memberikan saran secara terpisah kepada dokter. System
ini menggunakan data pasien kemudian
membangkitkan saran secara terpisah dengan permintaan dokter. System ini memonitor data pasien yang masuk.
F. Kapabilitas dan Kredibilitas Clinical Decision Support System (CDSS)
Pada
prinsipnya system ini pendukung keputusan harus memiliki kemampuan untuk
digunakan dengan mudah, mengakses berbagai sumber, tipe dan format data untuk
berbagai permasalahan, mengakses berbagai kemampuan analis dengan bebrapa saran
dan panduan. Apabila dipandang dari sisi antar muka, suatu system pendukung
keputusan harus mampu melayani berbagai format input atau output dari pengguna,
berbagai gaya dialog, mendukung komunikasi antar pengguna dan pengembang,
mendukung adanya pengetahuan dari pengguana. Dan memberikan dukungan dialog
yang fleksibel dan adaptif. Jika dilihat dari sudut pandang kapabilitas data,
system harus memiliki kemampuan untuk mengolah data dengan berbagai tipe dan
format, mengekstraksi, mengcapture dan mengintegritaskan data, Melakukan akses
data; berfungsi dalam manajemen basis data, melakukan tracking terhadap
pengguna data dan mendukung fleksibilitas dan adaptasi data. Apabila ditinjau
dari sudut pandang model, maka system harus memiliki kepustakaan model terkait
aturan basis model, memiliki fasilitas pembangun model, mampu melakukan
manipulasi data, mampu melakukan fungsi manajemen basis model, mampu
mendokumentasikan model, mampu melakukan traking terhadap pengguna model, dan
mampu memberikan dukungan terhadap fleksibilitas.
Beberapa metode dapat digunakan untuk melakukan uji validitas salah satu metode
yang dapat digunakan adalah one feature: single decision threshold. Metode ini
digunakan manakala hanya ada satu fitur saja yang mempengaruhi hasil diagnosis.
Nilai thersold dipilih untuk memutuskan apakah suatu kondisi teridentifikasi
penyakit tertentu.
Metode ini
menggunakan empat parameter diagnosis, yaitu true positive (TP). True negative
(TN), false positive (FP), dan False negative (FN). Gambar 1.2. true
positive (TP) menunjukkan jumlah pasien yang teridentifikasi terserang penyakit
X baik berdasarkan data riil maupun CDSS. True negative (TN) menunjukkan jumlah
pasien yang tidak terserang penyakit X baik berdasarkan dat aril maupun
CDSS. False positive (FP) menunjukkan jumlah pasien yang tidak menderita
penyakit X berdasarkan data riil namun model keputusan CDSS memutuskan
terserang penyakit X. False negative (FN) menunjukkan jumlah pasien yang
menderita penyakit X berdasarkan data riil namun model keputusan CDSS tidak
memutuskan terserang penyakit X. umumnya nilai TP, TN, FP dan FN disajikan
dalam bentuk presentase.
G. Sistem Pendukung Keputusan Kelompok Klinis
Pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi biasanya dilakukan oleh beberapa orang
pengambil keputusan. Tidak
terkecuali pada bidang klinis. Proses pengambilan keputusan ini akan cukup sulit dilakukan apabila masing
masing anggota berada pada lokasi yang berbeda dan bekerja pada waktu yang
tidak bersamaan. Untuk
mengakomodasi keperluan pengambilan keputusan tersebut dibutuhkan suatu
mekanisme dan sarana untuk melakukan komunikasi, kolaborasi, dan
pengaksesan sumber informasi dengan beragam format. Agar kolaborasi yang dilakukan oleh kelompok tersebut dapat berjalan dengan
efektif, maka dibutuhkan
teknologi dan metode komunikasi yang sesuai. Pada saat ini, internet
merupakan sarana yang terpilih untuk keperluan tersebut.
Pada masalah
diagnosis system pendukung keputusan kelompok juga dapat diaplikasikan. Pada era 2000 ini, Clinical Group Decision Suppport System (CGDSS) juga sudah mulai
dikembangkan.Salah satu CGDSS yang telah dikembangkan adalah CGDSS untuk
anamnesis,diagnosis,dan penatalaksanaan penderita gangguan jiwa non psikotis yang
dikembangkan oleh Kusuma dewi (2006).Sistem bertugas untuk mengoptimalkan
aturan aturan dalam basis pengetahuan sehingga system tersebut memiliki
kemampuan untuk beradaptasi untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan berdasarkan
gejala gejala yang diberikan oleh pasien.CGDSS yang dibangun tersebut merupakan
solicited advice,dimana system memberikan saran hanya pada saat system tersebut
diinstuksikan untuk member saran. Pada system ini, pengguna
(pskiater, psikokog, residen, atau
pengguna yang laen) secara ekplisip berkonsultasi dengan DSS.
Sistem
terdiri atas kelompok pengambil keputusan.Kelompok pengambil keputusan terdiri
atas dua level,yaitu level-1 dan level-.Level-2 berisi kelompok pskiater
(dokter ahli kejiwaan) dan psikolog klinis; sedangkan level-1 berisi kelompok
psikolog non klinis.Semua pengembil keputusan didalam kedua level tersebut
dapat berpartisipasi untuk membangun basis pengetahuan yang berisi sekumpulan
aturan untuk menentukan kategori gangguan kejiwaan non psikotis beserta
alternatif terapinya. Kelompok ini berkolaborasi dalam memberikan untuk memecahkan suatu
permasalahan tertentu. Selain diperoleh dan referensi, pengetahuan juga diperoleh dari PPDGJ III. Kumpulan pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan oleh pengguna lain (end
user) untuk melakukan diagnosis berdasarkan fakta (gejala) yang dialami oleh
pasien melalui mekanisme inferensi.
Pembentukan
pengetahuan pada basis pengetahuan dilakukan dalam 2 tahap yaitu membentuk
kondisi (kumpulan gejala) yang mendukung pengetahuan (bagian anteseden) dan
membentuk konsekuen yang berisi gangguan gangguan yang terkait dengan kondisi
tertentu.
Secara umum, ada 4 blok entitas yang saling terkait, yaitu:
a.
Blok A, Clinical Group Decision Support System (CGDSS) yang diusulkan. Seperti halnya standart suatu sistem pendukung keputusan, sistem ini terdiri atas 3 komponen utama berupa manajemen data, manajemen model, dan
antarmuka pengguna. Manajemen
data merupakan
proses pengaturan dan pemeliharaan data data yang digunakan oleh sistem dalam suatu bisnis data. Selain diperoleh secara internal dari sistem itu sendiri, data data ada juga yang diperoleh dari sistem terkomputerisasi yang
laennya. Manajemen
model merupakan pengaturan dan pemeliharaan model CGDSS secara menyeluruh yang
akan dikembangkan. Proses pengaturan
tersebut erat kaitannya dengan pengaturan subsistem berbasis pengetahuan, pengeturan subsistem mekanisme inferensi, pengaturan antarmuka pengguna, maupun koneksi sistem dengan internet. Subsistem berbasis pengetahuan merupakan sarana untuk membangun basis
pengetahuan. Subsistem
ini dibanggun dengan konsep Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FMADM). Subsistem berbasis pengetahuan meliputi beberapa tahap yaitu proses
menerima perefensi dari para pengambil keputusan,proses transformasi perefensi kerelasi
perefernsi Fuzzy, proses
komposisi prereferensi matriks agregasi, proses perankingan alternatif, dan proses penghitungan probabilitas bersyarat. Selain diperoleh dari preferensi para pengambil keputusaan, basis pengetahuan juga dapat dibangun dari Pedoman Pengolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Subsistem mekanisme inferensi apabila diberikan gejala-gejala tertentu. Ada dua proses,yaitu analisis sensitivitas metode-metode MADM klasik, dan
pemilihan metode. Pada proses
analisis sensitisfitas, akan dilakukan uji sensitifitas terhadap metode Simpel Aditive Weighting
(SAW) dan metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS). Antarmuka
pengguna merupakan sarana yang digunakan agar pengguna dapat berkomunikasi
dengan sistem.Beberapa menu utama yang ditawarkan meliputi manajemen
pengetahuan, manajemen
inferensi, manajemen
pasien, manajemen
pengguna, manajemen
informasi, manajemen
konferensi dengan pembagian askes seperti pada bagian c.
b.
Blok B, pengguna yang terdiri atas pengguna tanpa ijin askes,pengguna biasa dengan ijin askes, penggambil keputusan level-1, pengambil keputusan level-2, dan administrator.
c.
Blok C, sistem berbasis computer lainnya merupakan sistem yang tidak dibangun dalam
penelitian ini namun masih menberikan konstribusi untuk memperkaya informasi, seperti portal-portal terkait dengan bidang kesehatan.
d.
Blok D, internet merupakan sarana yang mutlak harus ada karena sistera yang akan dibangun berbasis wel.
H. Kendala-Kendala dalam Membangun Clinical Decision Support System (CDSS)
Meskipun
secara teoritis,CDSS sangat mungkin untuk diaplikasikan dalam bentuk program
terkomputrisasi, namun
demikian masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam membangun CDSS. Sebagian besar kendala tersebut tidak terletak pada proses pengembangan
sistem,namun lebih banyak terletak pada implementasi dilapangan. Masalah kultur dan kebiasaan pengguna juga menjadi kendala besar dalam
implementasi sistem. Secara
umum,ada beberapa kendala utama yang sering dialami (terutama di Indinesia), antara lain;
1. Adanya
presepsi yang seringkali berada antara pihak pengambil keputusan (dokter atau
klinisi) dengan analis sistem. Hal ini menyebabkan perlu adanya penyamaan presepsi antara pihak pengambil
keputusan (klinisi atau dokter) dengan analis sistem. Penyamaan presepsi ini sangat penting dalam kaitannya dengan pemilihan
metode pengambilan keputusan, perancangan aliran proses, dan antar muka.
2. Beberapa
model diagnosis tidak dapat ditormulasikan dalam format yang baku. Kenyataan tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam pembentukan antarmuka
dan pembentukan program. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang tepat untuk dapat menterjemahkan
bahasa sehari-hari yang digunakan dalam proses diagnosis kedalam format yang
digunakan dalam proses diagnosis ke dalam format yang dimungkinkan untuk
pemograman. Konsep
pengolahan bahasa alami dalam diterapkan untuk kepentingan tersebut.
3.
Diagnosis
adalah seni dan pada tataran tertentu memang sangat sulit untuk direprensikan
secara matematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar